166gda5P8JBiWKJQtoENvT1q58drvJKqaLA2JGMe
Bookmark

Menyimak Resiko Alat Utama Tranportasi dan Pertahanan Import dan upaya Kemandirian

Oleh : Agus Widjajanto 

Jakarta, retorika.space~Baru baru ini tengah terjadi sorotan publik dunia, dimana Norwegia tengah waspada setelah melakukan audit keamanan secara menyeluruh mengungkap adanya kartu SIM tersembunyi di bus listrik buatan china " YuTong " kartu SIM asal rumania itu ditemukan dalam sistem Kendali dan diyakini bisa memungkinkan akses jarak jauh terhadap kendaraan. 


Secara teory, sistem ini bisa digunakan untuk mematikan atau menonaktifkan bus dari jarak jauh, dalam laporan audit dari investigasi tranportasi Norwegia. Musti produsen berdalih fungsinya untuk pembaharuan perangkat lunak, temuan ini memicu kekawatiran serius di sektor tranportasi publik.


Operator Ruter segera memutus koneksi bus dari sistem Cloud dan memastikan seluruh armada dapat brroperasi mandiri. Pemerintah Norwegia dikabarkan telah meninjau ulang keamanan siber kendaraan listrik import untuk mencegah resiko pengendalian jarak jauh oleh pihak asing. 


Kejadian di Norwegia setidak nya membuat kita terhenyak dan harus tersadar bahwa dalam dunia tehnologi sangat rentan atas pengendalian jarak jauh yang berakibat Terjadi Shotdown, yang berakibat lumpuh nya segala perangkat elektronik baik mobil, pesawat terbang, kapal perang, hendphon, koputer, dan segala kebutuhan sekunder dalam kehidupan modern saat ini. 


Bahkan dalam dunia militer yang mana Alutsista (Alat Utama Sisyem Pertahanan) kita masih tergantung kepada negara luar, baik Amerika Serikat, China Tiongkok, Rusia, Perancis, Jerman, jepang dan kapal tempur dari Italia, yang tentu harus selalu waspada untuk dilakukan audit forensik tehnologi agar tidak terjadi upaya pengendalian dari jarak jauh, yang akan menghancurkan kekuatan pertahanan negara.


Chip pada teknologi pesawat, mobil, dan kapal dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui perangkat lunak. Ini dikenal sebagai teknologi Internet of Things (IoT) atau Sistem Kontrol Jarak Jauh.


Dalam konteks pesawat, teknologi ini dikenal sebagai Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone. UAV dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui perangkat lunak dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pengintaian, pengawasan, dan pengiriman barang.


Dalam konteks mobil, teknologi ini dikenal sebagai kendaraan otonom atau mobil self-driving. Mobil otonom dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui perangkat lunak dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti transportasi umum dan pengiriman barang.


Dalam konteks kapal, teknologi ini dikenal sebagai Unmanned Surface Vehicle (USV) atau kapal tanpa awak. USV dapat dikendalikan dari jarak jauh melalui perangkat lunak dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pengawasan laut dan penelitian kelautan.


Teknologi ini memungkinkan pengendalian jarak jauh melalui perangkat lunak yang dapat diakses melalui internet, sehingga memungkinkan pengendalian dari mana saja dan kapan saja.


Contoh perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan teknologi ini adalah


- DJI Go untuk drone

- Tesla Autopilot untuk mobil otonom

- QGroundControl untuk USV


Tehnologi import, terutama yang menggunakan chip dan perangkat lunak, rentan terhadap serangan shotdown dari jarak jauh oleh produsen atau pihak lain yang memiliki akses ke sistem tersebut.


Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti


-Ketergantungan pada perangkat lunak: Teknologi import seringkali menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh produsen asing, yang dapat memiliki akses ke sistem tersebut.

-Koneksi internet: Teknologi import seringkali terhubung ke internet, yang memungkinkan produsen atau pihak lain untuk mengakses sistem tersebut dari jarak jauh.

-Keterbukaan sistem: Beberapa teknologi import memiliki sistem yang terbuka, yang memungkinkan produsen atau pihak lain untuk mengakses dan mengontrol sistem tersebut.


Contoh kasus yang pernah terjadi adalah


- Cina memblokir penggunaan chip Intel dan AMD: Pada tahun 2014, Cina memblokir penggunaan chip Intel dan AMD pada sistem pemerintahnya, karena kekhawatiran akan adanya backdoor yang dapat digunakan untuk mengakses sistem tersebut.

- NSA memblokir penggunaan perangkat Huawei: Pada tahun 2018, Badan Keamanan Nasional AS (NSA) memblokir penggunaan perangkat Huawei di AS, karena kekhawatiran akan adanya backdoor yang dapat digunakan untuk mengakses sistem tersebut.


Untuk menghindari risiko shotdown, beberapa langkah yang dapat diambil adalah


-Menggunakan teknologi lokal: Menggunakan teknologi lokal yang dikembangkan oleh perusahaan dalam negeri dapat mengurangi risiko shotdown.

-Menggunakan perangkat lunak open source: Menggunakan perangkat lunak open source dapat memungkinkan pengguna untuk mengaudit kode sumber dan mengurangi risiko backdoor.

-Mengimplementasikan keamanan: Mengimplementasikan keamanan yang kuat, seperti enkripsi dan autentikasi, dapat mengurangi risiko akses tidak sah.


Namun, perlu diingat bahwa tidak ada sistem yang 100% aman, dan risiko shotdown selalu ada.


Indonesia sendiri dalam bidang pertahanan menggunakan tehnologi camouran dari beberapa negara baik dari blok barat Amerika Serikat melalui Pesawat Tempur F16, Perancis digunakan dalam tehnologi terbaru pesawat tempur dan kapal selam, Rusia Sukhoi SU 30 dan SU 37 flanker, Korea selatan  bahkan China Tiongkok yang kabar nya Indonesia meng akuisisi Jeng Dhu 10 sebanyak 42 pesawat, belum lagi italia dalam tehnologi kapa permukaan terbesar dan rencana akuisisi bekas kapal induk nya serta Turki dengan sistem terintegrasi Alutsista tempur, dimaksutkan untuk menjaga jangan sampai terjadi Shoutdwon pada satu negara produsen, tetap bisa menggunakan alutsista yang lain pada negara lain, dalam menggunakan Alat Utama Sistem Pertahanan. 


Secara teoritis, ya, pesawat tempur bisa dikendalikan oleh pabrikan menggunakan sistem chip yang tengah dipakai negara lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:


- Ketergantungan pada teknologi asing: Banyak negara yang mengimpor teknologi pesawat tempur dari pabrikan asing, sehingga mereka memiliki akses ke sistem chip dan perangkat lunak yang digunakan.

- Koneksi internet: Pesawat tempur modern seringkali terhubung ke internet, sehingga memungkinkan pabrikan untuk mengakses sistem chip dan perangkat lunak dari jarak jauh.

- Keterbukaan sistem: Beberapa sistem chip dan perangkat lunak yang digunakan pada pesawat tempur mungkin memiliki celah keamanan yang dapat dieksploitasi oleh pihak lain.


Namun, perlu diingat bahwa kemungkinan ini sangat rendah karena beberapa alasan, seperti:


- Keamanan nasional: Negara-negara yang mengimpor teknologi pesawat tempur biasanya memiliki kebijakan keamanan nasional yang ketat untuk mencegah akses tidak sah ke sistem chip dan perangkat lunak.

- Kerjasama internasional: Pabrikan pesawat tempur seringkali bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur, sehingga mereka memiliki kepentingan untuk menjaga keamanan sistem chip dan perangkat lunak.

- Teknologi keamanan: Sistem chip dan perangkat lunak yang digunakan pada pesawat tempur modern seringkali dilengkapi dengan teknologi keamanan canggih, seperti enkripsi dan autentikasi, untuk mencegah akses tidak sah.


Dalam kasus Estonia, serangan cyber pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kemungkinan serangan cyber pada sistem chip dan perangkat lunak pesawat tempur tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, negara-negara harus meningkatkan keamanan sistem chip dan perangkat lunak mereka untuk mencegah akses tidak sah


Namun setidak nya Indonesia juga harus mampu secara perlahan menguasai tehnologi militer secara mandiri, agar secara perlahan dapat mandiri menjadi negara yang memproduksi Sistem peralatan militer sendiri 


Estonia pernah mengalami lumpuh total dalam sistem komputerisasi karena serangan cyber pada tahun 2007. Serangan ini dikenal sebagai "Perang Cyber Estonia" dan merupakan salah satu contoh serangan cyber terbesar di dunia. Pada saat itu, Estonia mengalami gangguan pada jaringan komputer pemerintah, perbankan, asuransi, media massa, dan jaringan lokal, yang menyebabkan kekacauan dan gangguan pada kehidupan sehari-hari masyarakat. 


Dan kita harus belajar dari kasus Estonia pada tahun 2007 tersebut, dimana sistem perbankan/ keuangan, sistem pertahanan, sistem tranportasi umum, dan segala bidang kehidupan segalanya menggunakan tehnologi Komputerisasi, yang sangat rentan atas terjadinya serangan Siber dari para pihak yang sangat tidak bertanggung jawab. 


Solusi nya adalah kita bangsa ini harus benar benar menguasai tehnologi tersebut untuk mengurangi ketergantungan dari pihak asing, untuk menjaga dan proteksi diri dari kasus Estonia, dan kekawatiran dari Norwegia atas ditemukan Kartu SIM pada bus listrik dari China. 


Darma Pangrukean, seorang pakar teknologi dan digitalisasi, memiliki pendapat bahwa sistem digitalisasi global dapat membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat.


Menurutnya, salah satu bahaya sistem digitalisasi global adalah


- Ketergantungan pada teknologi: Masyarakat dapat menjadi terlalu bergantung pada teknologi dan kehilangan kemampuan untuk melakukan sesuatu secara manual.

- Kesenjangan sosial: Digitalisasi global dapat meningkatkan kesenjangan sosial antara mereka yang memiliki akses ke teknologi dan mereka yang tidak.

- Privasi: Digitalisasi global dapat mengancam privasi individu karena data pribadi dapat diakses oleh pihak lain.

- Keamanan: Sistem digitalisasi global dapat rentan terhadap serangan cyber dan kehilangan data.

- Ketidakstabilan: Sistem digitalisasi global dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan sosial jika terjadi kegagalan sistem.


Darma Pangrukean menekankan pentingnya kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi era digitalisasi global. Ia menyarankan agar masyarakat meningkatkan kemampuan digital dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.


Berikut beberapa pendapat Darma Pangrukean tentang bahaya sistem digitalisasi global


- "Digitalisasi global dapat membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat."

- "Masyarakat harus meningkatkan kemampuan digital dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup."

- "Sistem digitalisasi global harus dirancang dengan mempertimbangkan keamanan dan privasi individu.


Penulis adalah pemerhati masalah sosial tinggal di jakarta

0

Posting Komentar