Oleh : Agus Widjajanto
Kerajaan Demak berdiri sekitar tahun 1478 M, tepatnya pada masa pemerintahan Raden Patah yang merupakan kerajaan Islam pertama di jawa pada abad ke 14 Masehi yang di motori oleh para ahli agama yang disebut para wali yang dikenal sebagai penyebar agama islam di jawa.
Pendiri Kerajaan Demak Bintoro di desa glagah wangi, bintoro demak, adalah Raden Fatah yang juga punya nama kecil sebagai Raden Hasan dan juga nama asli dari fam Ibunya bernama pangeran Jim Bun.
Sejarah lahir nya Raden Fatah pendiri Kerajaan Demak Bintoro
Pengaruh Cina (Tiongkok) atas sejarah Kerajaan Jawa, khususnya pada masa Majapahit dan lahirnya Kerajaan Demak, cukup signifikan. Berikut beberapa poin penting:
- Perdagangan dan Hubungan Diplomatik: Pada masa Majapahit, Cina memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Jawa. Banyak pedagang Cina yang datang ke Jawa dan membawa pengaruh budaya, agama, dan teknologi. Hubungan ini juga berlanjut pada masa Kerajaan Demak.
- Pengaruh Agama Islam: Islam masuk ke Jawa melalui pedagang-pedagang Arab dan Cina. Walisongo, yang merupakan tokoh-tokoh penting dalam penyebaran Islam di Jawa, memiliki hubungan dengan pedagang-pedagang Cina Muslim. Pengaruh Islam dari Cina turut berperan dalam proses Islamisasi di Jawa.
- Pengaruh Budaya dan Arsitektur: Pengaruh Cina dapat dilihat dalam arsitektur masjid-masjid kuno di Jawa, seperti Masjid Agung Demak, yang memiliki atap bersusun dan ukiran-ukiran khas Cina. Selain itu, pengaruh budaya Cina juga terlihat dalam seni dan tradisi Jawa.
- Kerajaan Demak: Demak didirikan oleh Raden Patah, yang memiliki latar belakang Cina (ayahnya adalah Raja Majapahit Terahir dengan Siu Ban Ci keturunan china Muslim). Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa dan memiliki hubungan yang kuat dengan pedagang-pedagang Cina Muslim.
Pengaruh Cina di Jawa pada masa itu tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam budaya, agama, dan politik.
Syekh Nurjati atau Syekh Quro, seorang ulama yang diyakini sebagai penyebar Islam pertama di Cirebon, Jawa Barat. Menurut sejarah, Syekh Quro mendarat di Karawang, Jawa Barat, pada abad ke-14, bukan langsung dari Cina, tetapi kemungkinan melalui jalur perdagangan di Asia Tenggara.
Syech Quro, mempunyai anak bernama Syech Betong . Pada saat pemerintahan Kerajaan Majapahit terahir, yang menduduki singgasana adalah Prabu Raja Brawijaya kertabumi atau Brawijaya ke V, yang telah mempunyai permaisuri dari kerajaan Champa ( Cambodia ) yang dikenal dengan Ratu Dwarawati Champa yang juga merupakan tante dari Raden Rahmat Sunan Ampel yang nanti nya diberikan tanah perdikan di ampel denta Surabaya.
Prabu Brawijaya ke V jatuh cinta pada pandangan pertama saat menatap gadis yang bernama Siu Ban Chi. Gadis moeslim cantik tersebut datang ke majapahit diajak ayahandanya bernama Syech Betong atau dikenal dengan nama Tan Go Hwat yang merupakan anak dari Syec Quro / Syech Nurjati cirebon. Syech Betong datang menghadap Raja untuk bermaksut minta ijin berdagang didaerah keling, wilayah jepara, dimana saat itu membawa barang dagangan kain sutera, dupa china, Berlian, dan barang permadani. Sebagai raja Besar yang berkuasa saat itu Prabu Brawijaya Kertabumi tidak begitu tertarik atas hadiah yang dibawa oleh Sech Bentong atau Tan Go Hwat, akan tetapi justru tertarik dan jatuh cinta kepada Siu Ban Ci, puteri dari Tan Go Hwat. Atas restu ayahanda nya maka Siu Ban Ci, dijadikan selir dan dikawini Raja majapahit terahir saat itu, yang tidak berapa lama hamil tiga bulan, yang tentu membikin Permesuri Ratu Dwarawati dibakar cemburu karena kebetulan tidak dikaruniai Anak.
Atas permintaan dari Permesuri Ratu Dwarawati yang dulu merupakan puteri persembahan dari kerajaan Champa Di Kambodia kepada Raja Majapahit, agar Siu Ban Chi diungsikan keluar dari istana majapahit yang secara politik bisa mengancam kedudukan permaisuri dan penerus yang sudah ditunjuk Raja Brawijaya Kertabumi saat itu. Dan politik hukum nya dengan mengambil kebijakan diungsikan ke wilayah bawahan kerajaan Majapahit yakni dikadipaten Palembang dengan adipatinya Raden Aryo Damar yang merupakan keturunan dari Raja Majapahit sebelum nya yakni Wirakrama Wardana, dengan pertimbangan wilayah Kadipaten Palembang telah banyak pendatang china dari tiongkok yang sudah menetap di palembang.
Saat seserahan antara Raja Brawijaya kertabumi kepada Adipati Aryo Damar Palembang, sang Raja berpesan agar, merawat bayi yang ada dikandungan Siu Ban Chi, dan nati diberikan nama Raden Narakramaprakosa yang artinya gagah perkasa, dan setelah lahir sang putra dari kandungan Siu Ban Chi bayi laki laki tersebut dinamakan Raden Hasan, dan panggilan sehari hari bernama Pangeran Jim Bun Palembang.
Setelah besar Raden Hasan mengembara ke jawa mencari ayah kandung nya dengan mendarat di Pantai Cirebon bertemu keluarga dari ibunya dari keturunan keturunan syech Quro, dan atas saran Prabu Kiansantang adipati cirebon agar Raden Hasan berguru terlebih dahulu ke Sunan Ampel di ampel Denta sebelum menghadap Ayahandanya Prabu Raja Brawijaya.
Di Ampel denta inilah Raden Hasan atau pangeran Jim Bun, berkumpul dan bersaudara dengan anak anak dan murid dari Sunan Ampel (Raden Rahmat) seperti R Aiunul Yaqin (Sunan Giri), Sunan Drajat, Sunan Bonang yang dibelakang hari merupakan pendukung berdirinya kerajaan Islam pertama di jawa dimana Pangeran Jim Bun, atau Raden Hasan berjuluk Raden Al Fatah diangkat jadi Raja pertama Kerajaan Demak Bintoro di Pesisir utara jawa tengah.
Dengan demikian hubungan sejarah antara penyebaran agama islam di jawa dengan China tiongkok sangat erat dan tidak bisa dipisahkan. Dibelakang hari Syech Bentong atau Tan Go Hwat, ayahanda dari Siu Ban Chi mendatangkan pengrajin ukir kayu dari china dan mengajarkan seni ukir di pesisir jepara, yang hingga kini menjadi warisan dan budaya seni ukir terkenal di Indonesia. demikian juga biji durian didatangkan dari daerah thailand dan Kambodia yang dulu wilayah perdagangan Tiongkok sebelum mendarat di jawa dan samudera Pasai, ditanam di jepara yang terkenal dengan durian Petruk
Seni ukir Jepara memang memiliki pengaruh dari Cina, terutama pada masa lalu ketika Jepara menjadi pusat perdagangan dan pertukaran budaya dengan pedagang-pedagang Cina. Teknik ukir dan motif-motif Cina dapat ditemukan dalam karya-karya ukir Jepara, seperti motif naga, phoenix, dan lain-lain. Namun, seni ukir Jepara juga memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang berkembang dari tradisi dan budaya lokal Jawa (Local Wisdom) yang menjadi ciri khas jepara, demikian juga seni ukir rumah Kudus, mempunyai ciri khas sendiri berbeda dengan ciri khas jepara, yang diadopsi dari kerajinan seni ukir dari china pada abad ke 14 Masehi yang mempunyai ciri khas sendiri sesuai budaya setempat yang dikenal dengan ciri kota kudus saat Sunan Kudus sebagai pemimpin agama saat itu.
Penulis
Pemerhati budaya dan sejarah bangsanya.



Posting Komentar