166gda5P8JBiWKJQtoENvT1q58drvJKqaLA2JGMe
Bookmark

Semesta Antara Hukum Alam dan Kuasa Tuhan

Oleh: Agus Widjajanto 

Jakarta, retorika.space~Kadang dalam kehidupan manusia dalam kaitan bermasyarakat dan berbangsa, pada diri setiap insan individu merasa tidak adil, dimana banyak fenomena di masyarakat orang yang dianggap tidak baik atau istilah jahat justru sukses. Sementara yang berbuat baik justru hidupnya diuji dengan berbagai kesulitan.


Padahal, semesta tidak pernah berpihak. Dia netral dan semesta hanya merespon vibrasi keyakinan yang seseorang pancarkan, niat baik atau niat jahat. Begitu keyakinannya sangat kuat yang terpancar dari vibrasi yang seseorang miliki, maka itu yang akan terwujud yang dalam kalimat spiritual agama disebut Kun Fayaqun, jadi maka jadilah.


Lalu bagaimana peran Tuhan yang dalam konsep agama agama besar merupakan cental (pusat) yang mengatur dan memberikan rahmat setiap mahluk serta menghukum bagi yang berbuat jahat jika dihubungkan dengan pancaran vibrasi setiap mahluk dalam alam semesta?


Pertanyaan yang sangat mendalam! Agama dan hukum semesta pancaran vibrasi memiliki hubungan yang kompleks dan multifase. Berikut beberapa perspektif yang mungkin dapat menjelaskan hubungan antara keduanya:


- Agama sebagai Panduan: Agama dapat dilihat sebagai panduan untuk membantu manusia memahami dan mengikuti hukum semesta yang lebih besar. Dengan mengikuti ajaran agama, manusia dapat meningkatkan kesadaran diri dan memahami cara untuk hidup yang lebih harmonis dengan semesta.


Hukum Semesta sebagai Manifestasi Tuhan: Beberapa agama percaya bahwa hukum semesta adalah manifestasi dari Tuhan atau kekuatan ilahi yang lebih besar. Dalam hal ini, agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat dilihat sebagai dua sisi dari koin yang sama, yaitu sebagai cara untuk memahami dan mengikuti kehendak Tuhan.


- Kesadaran Diri dan Pertumbuhan Spiritual: Agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat membantu manusia meningkatkan kesadaran diri dan pertumbuhan spiritual. Dengan memahami dan mengikuti hukum semesta, manusia dapat meningkatkan kesadaran diri dan memahami cara untuk hidup yang lebih harmonis dengan semesta.


- Keseimbangan dan Harmoni: Agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat membantu manusia mencapai keseimbangan dan harmoni dalam hidup. Dengan mengikuti ajaran agama dan memahami hukum semesta, manusia dapat mencapai keseimbangan antara aspek material dan spiritual dalam hidup.


Dalam konteks ini, agama dapat dilihat sebagai cara untuk membantu manusia memahami dan mengikuti hukum semesta pancaran vibrasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang lebih harmonis dan seimbang. 


Namun, perlu diingat bahwa hubungan antara agama dan hukum semesta pancaran vibrasi dapat berbeda-beda tergantung pada kepercayaan dan perspektif individu.

Konsep semesta memancarkan vibrasi seringkali dikaitkan dengan hukum tarik-menarik (Law of Attraction) dan spiritualitas. Menurut konsep ini, semesta merespons energi yang kita pancarkan, termasuk niat dan pikiran kita.


Pengaruh Niat Jahat dan Baik


- Niat Baik: Ketika kita memiliki niat baik, seperti kasih sayang, empati, dan kepedulian, kita memancarkan energi positif. Semesta diyakini merespons energi ini dengan cara yang positif, membawa kebaikan dan keberuntungan dalam hidup kita.


- Niat Jahat: Sebaliknya, ketika kita memiliki niat jahat, seperti kebencian, iri hati, atau keinginan untuk menyakiti, kita memancarkan energi negatif. Semesta diyakini merespons energi ini dengan cara yang negatif, membawa kesulitan dan ketidakseimbangan dalam hidup kita.


Bagaimana Semesta Merespons


- Hukum Tarik-Menarik: Semesta diyakini bekerja berdasarkan hukum tarik-menarik, di mana energi yang serupa akan menarik energi yang serupa. Jadi, jika kita memancarkan energi positif, kita akan menarik energi positif, dan sebaliknya.


- Getaran Energi: Setiap pikiran, emosi, dan niat memiliki getaran energi yang unik. Semesta merespons getaran energi ini dan mengembalikan apa yang kita pancarkan.


Praktik untuk Meningkatkan Energi Positif

- Pikiran Positif: Fokus pada pikiran positif dan berusaha untuk mengganti pikiran negatif dengan yang lebih positif.


- Meditasi: Praktik meditasi dapat membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan energi positif.


- Keterbukaan Hati: Membuka hati untuk kasih sayang, empati, dan kepedulian dapat membantu meningkatkan energi positif.


-Tindakan Baik: Melakukan tindakan baik dan membantu orang lain dapat membantu meningkatkan energi positif.


Dengan memahami konsep ini, kita dapat lebih sadar akan pengaruh niat dan pikiran kita terhadap hidup kita sendiri dan orang lain.


Lalu apakah Alam semesta yang memantulkan vibrasi setiap mahluk adalah wujud Tuhan Allah ? Menurut para sufi, wujud Allah dapat dipahami melalui beberapa konsep.


-Wahdatul Wujud: Konsep ini menyatakan bahwa hanya ada satu wujud yang hakiki, yaitu wujud Allah. Alam semesta dan makhluk lainnya dianggap sebagai penampakan atau manifestasi dari wujud Allah.


-Wujud yang Mutlak: Allah adalah wujud yang mutlak dan tidak dapat dibandingkan dengan wujud makhluk-Nya. Wujud Allah tidak terikat oleh ruang dan waktu.


-Transenden: Allah berada di luar batas-batas yang dapat dipahami oleh manusia. Wujud Allah tidak dapat dijangkau oleh pikiran atau indera manusia.


- Kesatuan Wujud: Beberapa sufi percaya bahwa Allah adalah satu-satunya wujud yang ada, dan makhluk lainnya hanyalah bayangan atau manifestasi dari wujud Allah.


Dalam memahami wujud Allah, para sufi seringkali menggunakan pendekatan spiritual dan pengalaman pribadi, seperti meditasi dan introspeksi, untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat wujud Allah 


Ronggowarsito, seorang pujangga Jawa ternama, memiliki pandangan tentang wujud Allah yang mendalam dan kompleks. Ia percaya pada konsep Wahdatul Wujud, yang menyatakan bahwa hanya ada satu wujud yang hakiki, yaitu wujud Allah. Berikut beberapa poin penting tentang pandangannya


- Wujud Mutlaq: Ronggowarsito percaya bahwa Allah adalah Wujud Mutlaq, yaitu wujud yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Wujud Allah tidak dapat dibandingkan dengan wujud makhluk-Nya.


-Kesatuan Wujud: Ia percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini adalah bagian dari kesatuan wujud yang lebih besar, dan manusia harus menyadari kesatuan ini melalui pengalaman spiritual.


-Tajalli: Ronggowarsito menggunakan konsep Tajalli untuk menjelaskan bagaimana Allah memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai bentuk dan tingkatan, sehingga terciptalah alam semesta dan manusia.


- Martabat Tujuh: Ia juga menggunakan konsep Martabat Tujuh untuk menjelaskan proses penciptaan manusia dan alam semesta, yang terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu Hayyu, Nur Muhammad, Mir'at al-Haya, Ruh Idhafi, Kandil, Dzarrah, dan Hijab.


Dalam pandangannya, Ronggowarsito berusaha menyatukan ajaran Islam dengan tradisi spiritual Jawa, sehingga terciptalah suatu sintesis yang unik dan mendalam tentang wujud Allah dan hubungan-Nya dengan manusia dan alam semesta.


Kesimpulan nya adalah, Hukum alam atau semesta adalah netral, perbuatan baik dan jahat akan kembali kepada setiap niatan yang ada, dimana hukum alam.dan semesta itulah yang akan menghukum atas kelakukan kita, karena sifat Tuhan adalah Rohman Rohim.penuh kasih dan sayang, yang keberadaannya meliputi seluruh alam semesta ini, yang menggerakan hukum alam (Sunatullah) yang juga hukum Tuhan. 


Penulis adalah pemerhati masalah sosial, budaya dan spirutual jawa, tinggal di jakarta

Posting Komentar

Posting Komentar