166gda5P8JBiWKJQtoENvT1q58drvJKqaLA2JGMe
Bookmark

Dr. Jhon N. Palinggi,MM.,MBA

Jakarta, retorika.space~ Pengusaha sukses Indonesia – Ada banyak nama salah satunya Dr. Jhon N. Palinggi. Pengusaha sukses di Indonesia yang berhasil menjalankan bisnis dengan Kerja keras, pantang menyerah, keuletan, serta tkaekad yang kuat menjadi beberapa faktor yang membuat Jhon Palinggi mencapai kesuksesan

John Palinggi Pengusaha sukses yang humoris ini sudah delapan periode presiden membangun persahabatan dengan siapa saja tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan. 


Menurutnya, kejujuran, kerendahan hati, siap bekerja keras, dan pandai berterima kasih/bersyukur, menjadi kunci dalam menjalani kehidupan yang berhasil dan diterima oleh berbagai kalangan. Wakil Ketua Dewan Penasehat KADIN DKI Jakarta (2019-2024) dan Ketua Umum DPP Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor (ARDIN) ini juga gencar menyuarakan Pancasila sebagai komponen penting yang menyatukan seluruh elemen bangsa yang berbeda-beda. 


Dr. Jhon N. Palinggi Bersama sahabat yang rendah hati Bapak.Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo


DR. John Palinggi MM., MBA., lahir di Toraja, Sulsel, dimana tanggal lahirnya bertepatan dengan tanggal lahir Pancasila yaitu 1 Juni. Ayahnya, Yohanes Palinggi dan ibunya, Ruth, mendidik John Palinggi dengan keras, disiplin dan penuh kasih sayang. Ayahnya dikenal sebagai tokoh panutan di lingkungan gereja Toraja, jujur dan banyak membantu orang.


Meski lahir dari keluarga sederhana, John Palinggi dididik menjadi pribadi yang mempunyai prinsip: dilarang mengemis, menipu dan mengeluh dalam hidup.


Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, bertanggung jawab dan hidup rendah hati. Kedua orang tua John Palinggi mengajarkan, apabila menumpang di rumah orang (rumah Om atau Tante), dia harus tetap mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel, menyapu, isi bak mandi, dan sebagainya. 


Bahwa tidaklah baik menumpang di rumah orang dan tidak berbuat apapun untuk membantu si tuan rumah. Ketua Umum Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (ARDIN) ini meyakini bahwa seorang anak yang menghormati orang tua akan diberkahi panjang umur dan murah rejeki. 


Sedangkan anak yang tidak menghormati orang tua akan kesulitan menemukan beras dalam hidupnya, mengalami kekecewaan hidup bahkan menjadi gelandangan. “Dengan menghormati orang tua, kita memuliakan Tuhan Allah,” kata John Palinggi.


Setelah menghormati orang tua, barulah kita berbicara menghormati orang lain atau sesama. Buah dari menghormati orang tua, benar-benar sudah John Palinggi rasakan. Anak petani ini dimudahkan dalam pekerjaan sejak muda hingga sekarang. 


Dia sering menjadi yang terbaik dan dipercaya menduduki jabatan-jabatan strategis. Salah satunya saat dia diterima bekerja di perusahaan milik Presiden RI kedua, Soeharto. John Palinggi menceritakan pengalamannya melamar pekerjaan dengan mengikuti tes wawancara di rumah Presiden Soeharto. 


Perusahaan tempat dia melamar hanya membutuhkan tiga orang karyawan sedangkan yang melamar ada 76 orang. Para pelamar kebanyakan dari sekolah-sekolah yang bagus dan punya pengalaman. Karena merasa punya saingan yang hebat-hebat, John Palinggi memilih menepi, duduk di samping pot bunga sambil menunggu dipanggil wawancara. 


Saat itu, ada tiga penguji wawancara. Setelah menunggu beberapa lama, seseorang menghampiri John Palinggi dan mengajukan beberapa pertanyaan. John Palinggi kemudian menjawab sebaik-baiknya. Setelah mendengar jawaban John Palinggi, orang tersebut kemudian berkata kepada salah satu penguji yang berpangkat Kolonel TNI, “Orang ini satu, kamu tinggal cari dua lagi.” Mendengar hal itu, John Palinggi menjadi kaget. 


Dia bahkan semakin kaget setelah mengetahui bahwa yang mewawancarai dia tadi adalah Presiden Soeharto sendiri. Saat itu, John belum terlalu kenal dengan wajah Presiden Soeharto. 


Contoh lain ‘kemudahan’ yang dia rasakan adalah saat John Palinggi mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan di LEMHANAS (seangkatan dengan Alm. Jend (Purn) Ari Kumaat) pada tahun 1985. 


Dia menjadi lulusan terbaik dan dipercaya menjadi Tenaga Ahli Pengajar di situ. John Palinggi mengisahkan, saat mengikuti BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang diketuai oleh Jenderal Sarwo Edhi saat itu, dia dididik untuk menjadi penatar tingkat atas untuk membumikan Pancasila. 


Di sinilah John Palinggi menjadi paham bahwa seluruh penyelenggaraan kenegaraan harus dijiwai oleh Pancasila. Bagaimana Pancasila menyentuh semua sendi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Tidak hanya terbatas pada pengetahuan tentang Pancasila saja tapi sampai pada tahap mengimplementasikan Pancasila. 


Silaturahmi Idul Fitri 1 Syawal 1445 H dengan Jenderal Pol Purn Sutanto mantan KAPOLRI DAN KEPALA BIN dirumah kediaman Pondok Indah. Sekalian Silaturahmi dengan Bapak Jenderal Polisi Purn Banbang Hendarso dan Komjen Polisi Purn Putut.


Sebab, hanya Pancasila yang bisa menyatukan seluruh komponen bangsa. Seiring dengan berjalannya waktu, kariernya di perusahaan Pak Harto terbilang mulus. Dia pun menapaki karier sebagai pengusaha di kota Samarinda, Kalimantan. Di Pulau yang kaya dengan hasil hutan dan kayu itu, dia pernah dipercaya sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) kota Samarinda (1975) dan ketua KADIN Provinsi Kalimantan Timur (1981) di usia yang masih muda, 28 tahun. Setelah berhasil menjalankan bisnis di Kalimantan, John Palinggi ingin mengembangkan sayap bisnisnya dengan pindah ke Ibukota Jakarta. 


Advertisement Selain disibukkan dengan berbagai kegiatan di dunia bisnis, John Palinggi juga terbilang vokal dalam menyuarakan pendapat pada isu-isu yang sedang hangat seperti politik, sosial, ekonomi, serta kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Itulah sebabnya, dia pernah dipercaya mengemban tugas-tugas yang justru tidak terkait dengan bisnis. 


Misalnya, dia pernah dipercaya menjadi tenaga ahli di media center Habibie. Bersama Mayor Jenderal Sudrajat dan Letnan Jenderal Yunus Yosfiah, dia pernah memberikan pembinaan kepada media dan wartawan saat itu. John Palinggi juga pernah dipilih menjadi moderator dan presenter di televisi dalam kampanye Dialogis Pemilu tahun 1997. Dia bersyukur bisa tampil terus menerus selama 16 hari diliput seluruh media televisi. Lewat berbagai pengalaman itulah, John Palinggi perlahan-lahan memupuk hubungan baik dengan banyak orang tanpa memandang suku dan agama, baik penguasa, pengusaha, pemuka agama dan masyarakat, dan pejabat TNI-Polri. Hubungan baik itu dia jalin dari masa pemerintahan Soeharto hingga sekarang. Menurut John Palinggi, kunci memelihara hubungan baik adalah dengan hati yang tulus dan tanpa pamrih.


“Saya berteman dengan para petinggi bukan saat mereka sudah sukses, tetapi mulai dari pangkat letnan sampai mereka pensiun. Harus pandai memelihara hubungan. Jangan datang ke orang itu saat ada perlu saja,” kata penerima penghargaan ASEAN Development Citra Award 2004-2005 (pebisnis berprestasi di tingkat ASEA. Sumber tokoh.id

0

Posting Komentar