166gda5P8JBiWKJQtoENvT1q58drvJKqaLA2JGMe
Bookmark

China semakin perkasa dan mengancam Hegemoni Amerika Serikat di kancah Global

Oleh : Agus Widjajanto 

Jakarta, retorika.space~Situasi Dunia semakin mengalami ketidak pastian pasca Amerika serikat menerapkan bea masuk tarif perdagangan terhadap China dan beberapa negara lainya yang dianggap merugikan dan mengancam kepentingan ekonomi Amerika Serikat.

Menurut pengamat Ekonomi Jeffrey Sach, alasan utama Amerika Serikat menargetkan china bukanlah alasan Ediologi, melainkan alasan ketakutan akan ancaman secara ekonomi. washington takut kesuksesan Beijing menunjukan bahwa dunia tidak lagi harus mengikuti resep pembangunan ala Liberal Amerika Serikat, China menurut Jeffri menolak menjadi koloni Ekonomi Amerika Serikat pasca perang dingin dengan jatuh nya federasi Rusia (Uni Sovyet) dan justru membangun sistem Alternatif disebuah negara Sosialis (Komunis) dengan menerapkan ekonomi bebas ala china yang bisa sangat berhasil dikelola dengan benar dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang melampaui negara manapun termasuk Amerika Serikat.

Jeffri Sach menekankan keberhasilan china mengelola ekonomi secara mandiri telah menggoncang fondasi dominasi Global Amerika Serikat, karena ternyata Kapitalis Amerika bukan satu satu nya jalan menuju kemajuan. Dan lebih jauh lagi China juga menolak Hegemoni Amerika Serikat, dan bagi Washington sikap china tersebut dianggap layak paling utama dijadikan musuh nomor satu dan rela berkonflik baik secara ekonomi maupun militer dari pada Hegemoni Amerika Serikat tersaingi oleh China.

Memang tidak bisa dipungkiri Amerika Serikat saat ini menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk penurunan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi.

Beberapa faktor yang berkontribusi pada situasi ini adalah:

- Perang Dagang dengan China: Amerika Serikat telah memberlakukan tarif tinggi pada impor China, yang telah memicu perang dagang dan mengganggu rantai pasokan global.

- Kebijakan Fiskal: Pemotongan pajak besar-besaran oleh pemerintahan Trump telah meningkatkan defisit anggaran dan utang nasional.

- Ketidakpastian Kebijakan Moneter: Ketidakpastian dalam kebijakan moneter Federal Reserve telah memicu volatilitas di pasar keuangan.

Dampak dari situasi ini adalah

- Penurunan Pasar Saham: Ketidakpastian ekonomi telah menyebabkan investor menarik dananya dari pasar saham, yang bisa mengarah pada penurunan tajam indeks bursa.

- Melemahnya Nilai Dolar AS: Ketika ekonomi AS mengalami resesi, mata uang dolar bisa kehilangan daya tariknya sebagai aset safe haven, yang berpotensi menyebabkan volatilitas nilai tukar global.

- Turunnya Permintaan Ekspor: Negara-negara yang bergantung pada ekspor ke AS, seperti China dan Meksiko, bisa mengalami perlambatan ekonomi karena menurunnya daya beli konsumen AS.

Namun, perlu diingat bahwa Amerika Serikat masih memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan, dan beberapa ekonom berpendapat bahwa AS belum memasuki resesi. Federal Reserve telah mencoba mengatasi masalah ini dengan menyesuaikan kebijakan suku bunga dan stimulus ekonomi

Dan Hegemoni China memang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama melalui inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI) dan keanggotaan dalam organisasi internasional seperti Shanghai Cooperation Organization (SCO). China juga telah meningkatkan pengaruhnya di Asia Pasifik melalui kerja sama ekonomi dan diplomatik dengan negara-negara di kawasan.

Amerika Serikat masih memiliki pengaruh yang signifikan di kawasan, tetapi China telah menjadi pemain yang semakin penting dalam politik dan ekonomi global. Beberapa negara di Asia Pasifik telah meningkatkan kerja sama dengan China, tetapi juga masih memiliki hubungan yang kuat dengan AS.

Belum lagi China masuk dalam jajaran pembentukan kerjasama ekonomi dalam BRICS, BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) adalah kelompok negara berkembang yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengaruhnya di panggung internasional. Namun, apakah BRICS bisa menyaingi hegemoni Amerika Serikat?

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

- Kerja sama ekonomi: BRICS memiliki potensi ekonomi yang besar, dengan total GDP yang signifikan dan sumber daya alam yang melimpah.

- Kerja sama politik: BRICS telah meningkatkan kerja sama politiknya, termasuk melalui pertemuan tahunan dan kerja sama dalam isu-isu internasional.

- Diversifikasi hubungan: BRICS telah meningkatkan hubungan dengan negara-negara lain, termasuk di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Namun, ada juga tantangan yang perlu dihadapi

- Perbedaan kepentingan: Negara-negara BRICS memiliki kepentingan yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif.

- Keterlibatan AS: Amerika Serikat masih memiliki pengaruh yang signifikan di panggung internasional, dan akan sulit bagi BRICS untuk menyainginya tanpa kerja sama yang lebih erat.

BRICS memiliki potensi untuk meningkatkan pengaruhnya, tetapi masih perlu waktu dan kerja sama yang lebih erat untuk mencapai tujuan tersebut.

Makanya atas persaingan Hegemoni kekuatan utama dunia sebagai negara Adi Daya yang bisa mengendalikan Dunia, antara Amerika Serikat dan China, sangat beroengaruh atas Geo Politik dan Geo Strategis Asia Pasifik khusus nya keberadaan Taiwan dan laut china selatan.

China menganggap bahwa Taiwan merupakan bagian dari wilayah china daratan, yang mana tinggal tunggu waktu Beijing melakukan invasi militer secara penuh terhadap taiwan. Sedang Amerika serikat sangat berkepentingan dengan keamanan Taiwan, dimana pangkalan terdekat dari pulau taiwan adalah berada di Jepang dalam hal ini di okinawa jepang.

Belum lama ini perdana menteri jepang terpilih yang baru, didepan parlemen menyatakan bahwa keamanan taiwan sangat berpengaruh pada keselanatan jepang sendiri di masa depan, yang memicu debat panas dan saling ancam secara deplomatik, tentu hal ini merupakan sinyal bahwa kekuatan militer china yang merupakan kekuatan ke tiga terbesar di dunia saat ini, bisa mengancam kawasan dan apabila meletup gesekan konfrontasi bisa menyeret beberapa negara bukan hanya Amerika serikat, akan tetapi juga Inggris dan Australia yang telah membentuk aliansi militer AUKUS, dan tentu China tidak sendirian dimana kemungkinan besar Rusia juga akan memasuki gelanggang untuk membantu china apabila terjadi perang diantara negara negara tersebut.

Dan jangan sekali kali melupakan sejarah, meletus nya perang dunia kedua, mungkin akan terulang dalam episode berbeda dan tempat berbeda serta waktu berbeda.

Penulis adalah pengamat politik dan militer.

Posting Komentar

Posting Komentar